Ramadhan di Ayn Jalut (1)
Ramadhan di Ayn Jalut
Oleh: Alwi Alatas
Tulisan ini sudah lama tayang dimedia Hidayatullah.com, terakhir update publikasi tanggal 7 September 2009.
suluhtrending.com | - Ada banyak perang besar di sepanjang sejarah umat manusia, tapi tidak semuanya dianggap sebagai perang yang menentukan (decisive battles). Hanya sebagian dari peperangan penting yang dianggap sangat menentukan dalam perjalanan sejarah. Sebuah perang dianggap sangat menentukan biasanya disebabkan perannya sebagai sebuah titik balik (turning point) yang penting bagi sejarah dan peradaban. Tentu saja hal ini berdasarkan asumsi dan analisa para ahli, karena kita tidak pernah bisa benar-benar mengetahui, apakah jika peperangan-peperangan itu memberikan hasil yang berbeda, maka suatu titik balik atau sebuah perubahan yang besar dalam sejarah tidak mungkin terjadi segera setelah itu.
Dalam sejarah Islam, ada beberapa perang yang dianggap sangat menentukan, dan beberapa di antaranya terjadi pada bulan Ramadhan. Perang Badar, sebagaimana kita tahu, merupakan salah satu perang yang sangat menentukan dan ia terjadi pada bulan Ramadhan. Pentingnya peperangan ini serta posisinya yang sangat menentukan, terabadikan di dalam doa Nabi shallallahu a’alihi wasallam di tengah berkecamuknya perang, ”Ya Allah, sekiranya kaum Muslimin dikalahkan, maka tidak ada lagi yang akan menyembah-Mu setelah hari ini.”
Ada beberapa perang menentukan lainnya yang terjadi pada bulan Ramadhan, di antaranya adalah perang yang terjadi di Ayn Jalut, Palestina, pada tahun 658H/1260M. Perang ini terjadi antara pasukan Mamluk dari Mesir dengan pasukan Mongol yang datang menyerang dari arah Suriah.
Perang Ayn Jalut sangat menentukan karena ia merupakan perang pertama, di mana pihak Mongol berhasil dikalahkan dan dihentikan laju penaklukkannya (sejak kemunculan Jenghis Khan).
Pada tahun-tahun itu, anak cucu Jenghis Khan telah memimpin proses penaklukkan besar-besaran yang telah meluluhlantakkan negeri-negeri yang ada di Asia. Satu demi satu kerajaan yang ada di Cina, Persia, Asia Tengah, dan yang lainnya, jatuh ke tangan bangsa Mongol dengan relatif mudah. Mereka yang berani melawan, dihancurkan dan dihabisi secara kejam. Di antara korban terbesar dari penaklukkan Mongol adalah negeri-negeri Muslim berikut penduduknya.
Pada tahun 1258M, Hulagu Khan memimpin pasukannya, menaklukkan Baghdad, ibukota kekhalifahan Abbasiyah, dan membunuh Khalifahnya. Dengan begitu jatuhlah pusat pemerintahan Islam serta simbol utamanya. Tidak merasa cukup dengan ini, Hulagu meneruskan invasinya ke wilayah Suriah. Satu per satu kota yang ada di wilayah ini, seperti Harran, Nisbis, dan Edessa, jatuh dan dihancurkan oleh Mongol. Dinasti Ayyubiyah yang pada masa itu mengendalikan wilayah Suriah, tidak mampu menahan laju serangan Mongol. Sisa-sisa pasukan Salib yang masih bercokol di beberapa tempat di Suriah, juga merasa ketar-ketir dengan adanya ancaman dari Timur ini.
Pada bulan Muharram 658H/1260M, pasukan Tartar Mongol mencapai kota Aleppo. Setelah mengepungnya selama beberapa hari, mereka berhasil merebutnya dan membunuh ribuan penduduk. Penguasa Bani Ayyub di Damaskus yang merasa tak mampu menghadapi kekuatan Mongol, akhirnya memilih meninggalkan Damaskus dan menyerahkan kota tersebut kepada musuh.
Setelah meraih keberhasilan ini, maka sasaran Mongol berikutnya adalah Mesir yang dipimpin oleh Sultan Qutuz dari dinasti Mamluk. Mesir, dan peradaban Islam secara umum, menghadapi situasi yang sangat genting. Musuh yang mereka hadapi sangat kuat, kejam, dan belum terkalahkan. Mesir sendiri sedang menghadapi persoalan internal yang cukup serius; pembunuhan elit dan pergantian kekuasaan, serta konflik internal yang cukup serius. Mesir juga memiliki ketegangan dengan penguasa Damaskus dan sisa-sisa pasukan Salib di Suriah, yang mereka itu bisa saja memutuskan untuk bergabung dengan tentara Mongol dan menghadapi mereka. [] Arip
0 Response to "Ramadhan di Ayn Jalut (1) "
Posting Komentar