Tidak Punya Bahan Berita, Mau Nyoba Nulis Cerpen Simak Tips Ini

Artikel ini sangat bagus dan banyak manfaatnya untuk seorang penulis, terlebih penulis pemula. Bila melihat dari waktu dituliskannya oleh Asep Sopyan, artikel ini lumayan sudah cukup lama yaitu di Post pada 16 November 2008, namun tidak mengapa karena yang dimaui adalah manfaat atau faidahnya.

Memulai Tulisan

by Asep Sopyan
Posted on 16 November 2008,

Apa yang Harus Dilakukan Pertama Kali?

Menulislah – pada saat awal – dengan hati. Setelah itu perbaiki tulisan anda dengan pikiran. Kunci pertama dalam menulis adalah bukan berpikir, melainkan mengungkapkan apa saja yang anda rasakan. (William Forrester dalam The Finding Forrester)

Mulailah dengan menuliskan hal-hal yang kau ketahui. Tulislah tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri. Itulah yang saya lakukan. (J.K. Rowling)

Kiat-kiat memperlancar penulisan: mulailah secepatnya, cari waktu yang tepat, bacalah apa saja, putar musik, olahraga, gunakan warna. (de Porter)

Kiat-kiat supaya tidak mengalami hambatan menulis: hemat kertas, ubah perspektif, menyingkir dari tulisan, langgar rutinitas, ganti alat-alat tulis, ubah lingkungan, bicara pada anak-anak. (de Porter)

Syarat menjadi penulis cerpen sederhana saja: banyak memperhatikan pengalaman atau kejadian sekitar, banyak membaca cerpen, banyak menulis. (Kalau berita, berarti banyak menggali sumber berita, membaca berita dan banyak menulis, -Red) 

Ada dua keterampilan yang diperlukan: kemampuan membuat cerita (aspek ide), dan kemampuan menuliskan cerita (aspek teknik). Yang pertama dilatih dengan banyak memperhatikan dan membaca (belajar melalui contoh), yang kedua dengan banyak menulis, termasuk mempelajari tata penulisan yang benar (belajar dengan praktik).

Sumber Inspirasi

Seniman sejati adalah orang yang tidak pernah menganggap remeh hal apapun. (Vladimir Nobokov)

Lamunan adalah dasar dari segala fiksi. (Colin Wilson)

Semua bahan untuk karya sastra tidak lain adalah kehidupan masa lalu saya. (Marcel Proust)

Saya dapati, kebanyakan hal terpenting didapati dalam tidur (Renata Adler)

Imajinasi tanpa realitas akan membusuk. (Angela Carter)

Dalam kehidupan nyata bisa ada akibat tanpa sebab, sebab tanpa akibat, tetapi di dalam fiksi tidak begitu. (Fay Weldon)

Sumber utama fiksi adalah pengalaman, baik pengalaman sendiri, pengalaman orang lain, apa yang kita lihat dan dengar, apa yang kita baca, kenangan masa lalu, juga mimpi-mimpi; kemudian diolah dengan imajinasi.

Cerpen bukan imajinasi atau lamunan semata-mata. Justru dengan realitas atau pengalaman, imajinasi akan berkembang.

Membuat Paragraf Awal

Jarang mengungkapkan segalanya adalah hal bijak. (Strung dan White)

Terutama bagi penulis pemula, paragraf pertama harus menggugah, menarik, dan membangkitkan rasa ingin tahu untuk membaca lebih lanjut. Teknik yang bisa dipilih adalah dengan tidak mengungkapkan semua hal kepada pembaca. Ungkapkan hal-hal yang perlu saja, dan sembunyikan hal lain sebagai lahan bagi imajinasi. Analoginya seperti iklan sabun mandi yang menampilkan gambar perempuan cantik: terbuka, tapi tertutup sebagian.

Paragraf awal bisa dimulai dengan pelukisan suasana, peristiwa, atau suatu fakta yang menarik. Atau dengan gabungan kedua atau ketiganya. Tetapi pada umumnya pengarang cerpen modern memulai langsung dengan suatu peristiwa. Suasana akan terbangun dengan sendirinya lewat peristiwa.

Secara garis besar, ada dua sudut pandang yang lazim dipakai:

1. Sudut pandang orang pertama (aku, saya). Cerita dituturkan oleh si “aku”. Si “aku” ini belum tentu pengarang, dan biasanya bukan. Si “aku” adalah tokoh dalam cerita, baik sebagai tokoh utama ataupun bukan tokoh utama.

2. Sudut pandang orang ketiga (dia, nama tokoh). Cerita dituturkan oleh pengarang yang berada di luar cerita dan menjadi orang yang tahu segala, tindakan maupun pikiran para tokoh.

Selain itu ada sudut pandang orang kedua (kau, kamu); pengarang berada di luar cerita, seolah-olah sedang bercakap-cakap dengan tokoh yang dipanggilnya “kau”. Dalam sudut pandang jenis ini, pengarang atau penutur cerita boleh tahu segala hal, kecuali satu: pikiran tokoh yang dipanggilnya dengan sebutan “kau”.

Sudut pandang ini jarang dipakai karena sulit mempraktikkannya, dan belum ada yang mempraktikkannya dengan betul. Contoh: novel Cala Ibi karya Nukila Amal.

Pemakaian sudut pandang harus konsisten dari awal sampai akhir. Jika kita menggunakan sudut pandang orang pertama, jangan sampai terjadi dalam cerita si tokoh “aku” serba mengetahui segala sesuatu. []

0 Response to "Tidak Punya Bahan Berita, Mau Nyoba Nulis Cerpen Simak Tips Ini "

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel