Organisasi KWRI Bukan Terminal Bus, Sebuah Tinjauan


Sekretaris DPD KWRI,, Hairuzaman, menulis sebuah esai berjudul "Organisasi KWRI Bukan Terminal Bus,” di Media online Harianexpose.com Senin,(8/8/2022)

Dia mengatakan, kalau KWRI bukanlah seperti Terminal Bus, "KWRI bukanlah organisasi tukang becak, LSM, maupun Ormas. Bukan pula seperti “terminal bus” yang bisa keluar masuk sesuka hati tanpa aturan," katanya

Meninjau Redaksi Kalimat diatas, bila Penulis telaah terdapat beberapa kata yang terkait bahasan KWRI bukanlah seperti berikut;
Pertama tukang becak, indikator yang dimaksud, pengurus atau anggota KWRI berani saja tidak cukup tetapi harus memiliki intelektualitas seorang wartawan karena jika bodoh atau yang se maknanya berarti layaknya tukang becak. Kedua LSM, pengurus atau anggota KWRI itu berbeda dalam hal kinerja, LSM membuat Laporan Pengaduan (LAPDU), wartawan membuat karya release berita. Ketiga Ormas, pengurus atau anggota KWRI tidak sama dengan Ormas, kalau Ormas menyalurkan aspirasi dan pemberdayaan serta pemenuhan pelayanan masyarakat sedang wartawan bukan seperti itu  Keempat Terminal bus, inilah yang menjadi sorotan, pengurus dan anggota KWRI bukanlah seperti Terminal bus. Maksudnya jangan sesuka hati sekarep dewek masuk KWRI tidak berapa lama keluar terus dilain waktu masuk lalu keluar lagi tanpa mengindahkan aturan. 

Terminal Bus terdiri 2 kata yakni Terminal dan Bus.  Dalam KBBI, Terminal adalah kata benda (nomina) artinya perhentian penghabisan (bis, kereta api, dsb) sedangkan Bus juga kata benda yang artinya kendaraan bermotor angkutan umum yg besar, beroda empat atau lebih, yg dapat memuat penumpang banyak.

Diilustrasikan terminal bus karena Hairuzaman boleh jadi menilai dalam KWRI se banten, pertama anggota dan pengurusnya bebas keluar dan masuk kembali seperti keluar masuknya bus ke terminal. Kedua, masuk sesekali lalu menghilang tidak ada koordinasi yang menyebabkan kewajibannya sebagai anggota tidak atau belum lunas sementara hak legalitas dari KWRI dimiliki, layaknya bus hanya mengejar penumpang dengan menghindar masuk terminal. Ketiga, diantara beberapa pengurus KWRI cuek terhadap anggota, mau paham (bisa cara menulis yang benar dan mengerti KEJ) atau tidak, masabodoh tidak peduli, seperti mana pengelola melepas bus keluar terminal lepas urusan dan tanggung jawab.

Sebagai kritik intern, Penulis berpendapat, untuk terhindar dari kekhawatiran hal serupa itu terjadi dan seandainya pun kondisinya kadong terjadi dapat terobati maka perlu secara intens diadakannya pembinaan bagi anggota supaya memiliki intelektualitas dan paham arti berorganisasi dalam wadah KWRI dan mutlak dibutuhkan adanya keteladanan jajaran pengurus diatasnya. Karena serumit apapun problema nya tanpa kedua hal itu dimiliki, rasanya tidak atau sulit bisa berubah dan akan tetap seperti yang dikhawatirkan selama ini yakni baik pengurus maupun anggota KWRI akan seperti tukang becak, LSM, Ormas atau sesuka hati keluar masuk seperti di Terminal bus.

Penulis: Arip

Wartawan SKU SULUH NEWS dan Pemred Suluhtrending.com 

0 Response to "Organisasi KWRI Bukan Terminal Bus, Sebuah Tinjauan"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel